Potret sebuah sistem pelajaran yang nampaknya tak akan pernah berubah dan akan tetap abadi sampai semua anak jadi profesor.
Sebagai warga negara indonesia yang taat dan patuh terhadap sistem dan undang undang pemerintahan , tentu saja kita sudah dapat memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara, salah satunya adalah mendapatkan pendidikan yang layak dan sesusai dengan usia. Namun yang membuat saya tertarik untuk membahas pendidikan pada artikel kali ini adalah sistem pendidikan negara Indonesia yang dari dulu begitu begitu saja, dimana kita masuk jam 7 pagi dan pulang jam 2 siang, ada juga yang pulang jam 4 sore karena sekarang sudah banyak sekolah yang menerapkan full day school.Namun bukan masalah waktunya yang saya sudutkan melainkan adalah sistem belajarnya yang saya rasa tidak ada perubahan dari tahun ke tahun dan bisa dibilang sebagai sistem yang abadi.
Sangat bebeda jauh dengan pendidikan di finlandia dimana siswa berhak memilih pelajaran sesuai dengan kemampuan dan bakatnya masing masing , di Indonesia setiap siswa terlihat dituntut untuk menguasai semua mata pelajaran, mulai dari fisika, kimia, biologi, matematika, sastra, seni, dan ekonomi serta yang lainya. Padahal sistem ini lah yang membuat siswa mudah tertekan, karena tak semua bidang pelajaran dapat mereka kuasai.
Mengapa Hal ini terjadi ?
Yang saya tanyakan adalah mengapa hal ini terus berlangsung? Padahal ada anak yang nilai fisika nya sangat rendah namun nilai biologinya sangat sempurna karena dia ingin menjadi doktor. Ada anak yang selalu remedial kimia namun berbakat dalam bidang seni karena dia adalah calon seniman, Ada anak yang kurang paham matematika tetapi ia pintar dalam berpantun dan bersyair karena menjadi sastrawan adalah impiannya. Ada anak yang nilai fisikanya selalu 5 namun nilai ekonominya sangat mengagumkan karena dia bercita-cinta menjadi seorang penguasaha. Mengapa ? mengapa sistem abadi ini terus berlangsung?.Seakan terkurung di sebuah penjara yang bisa kita sebut sebagai kelas, para siswa dituntut keras untuk memahami penjelasan setiap guru dalam bidang pelajaran yang berbeda. Bukankah ini sangat membosankan, jangankan untuk mendengar penjelasannya, melihat judul pelajarannya pun pasti sangat keberatan.
Untuk Apa ?
Untuk apa Seniman belajar katrol, untuk apa sastrawan belajar bilangan avogrado, untuk apa pilot belajar tari, untuk apa dokter belajar melukis, untuk apa ahli matematika memahami renang gaya bebas, untuk apa sutradara mendalami astronomi, untuk apa pramugari belajar unsur atom dan untuk apa astronot memahami fosil fosil manusia purba.
Generasi penerus bangsa indonesia tidak bisa terus menerus mengenyam pendidikan dengan sistem seperti ini, sistem yang abadi yang sangat membosankan, sistem yang menuntut seorang anak harus menjadi Profesor yang ahli dalam berbagai bidang.
1. Berkomentar dengan sopan
2. Dilarang menyertakan link aktif
3. Dilarang sara
EmoticonEmoticon